Selasa, 24 Mei 2011

Imunostimulan


Tahan Banting dengan Imunostimulan
Karena tidak mempunyai  sistem kekebalan spesifik, udang tidak bisa diberi vaksin.
Udang termasuk hewan tingkat rendah. Karena itu ia tidak dikaruniai sistem kekebalan sempurna. Sistem kekebalan tubuhnya bersifat nonspesifik. Agar tahan terhadap infeksi mikroba maupun parasit, udang perlu dirangsang untuk menciptakan ketahanan tubuh terhadap serangan penyakit.
Menurut para ahli perikanan, terdapat beragam bahan yang dapat digunakan sebagai sumber imunostimulan (perangsang kekebalan) nonspesifik. Di antaranya adalah derivat dari sel bakteri, ragi, algae, rumput laut, pigmen, asam amino, asam lemak, vitamin, mineral, serta ekstrak tumbuhan maupun hewan. Dari beragam bahan itu, komponen pakan yang telah diuji dan mampu meningkatkan ketahanan udang adalah laminarin, barley glucan, laktoferin, levamisol, lipopolisakarida, kurdian, skleroglukan, zymosan, scizophyllan, inulin, chitosan, â-1,3 glucan, dextran, lentinan, krestin, saponin, ekstrak herbal, peptidoglikan, dan muramil dipeptida (MDP).
Bahan lain yang juga bisa berfungsi sebagai imunostimulan adalah manan oligosakarisa, bakteri patogen yang telah dilemahkan, asam amino tertentu, dan probiotik (bakteri Bacillus subtilis dan Vibrio alginolyticus var villie). Bahan tersebut telah diuji dengan tiga cara. Pertama, udang direndam dalam suspensi cairan. Kedua, dengan memberikan melalui oral dicampur pakan. Ketiga dengan cara penyuntikan. Cara yang paling baik, sebenarnya adalah penyuntikan. Tapi dalam pelaksanaannya kurang praktis, dan tidak mungkin dilakukan secara massal. Cara penyuntikan bisa dilakukan kepada indukan atau untuk stok genetik.
Lipopolisakarida
Penggunaan imunostimulan paling banyak dipublikasikan adalah kelompok lipopolisakarida. Bahan yang terbuat dari dinding sel bakteri gram negatif itu dikenal sebagai imunostimulan potensial dalam pencegahan penyakit. Bakteri kelompok itu antara lain adalah Vibrio. Vibrio ini satu-satunya bakteri patogen yang sering menyerang perudangan budidaya secara komersial. 
Pada 1997 dan 1998, International Aquaculture Biotechnologies Ltd, bersama petambak besar di Honduras mengevaluasi kemungkinan penggunaan lipopolisakarida (LPS) untuk mencegah serangan penyakit taura syndrome virus (TSV) pada udang Vanname (Litopenaeus vannamei). Benur (post larva-PL) Vanname direndam dalam larutan LPS. Kemudian direndam dalam air yang mengandung larutan TSV virulen (ganas).
Percobaan pertama, PL direndam dalam larutan LPS selama 24 jam. Kemudian direndam dalam air yang mengandung lima tingkatan konsentrasi virus berbeda selama 24 jam. Hasilnya, PL yang bertahan rata-rata 141% dibandingkan kontrol.
Percobaan kedua, udang diberi perlakuan perendaman LPS selama 6 hari. Kemudian direndam dalam larutan suspensi virus. Hasilnya, PL dapat bertahan rata-rata 89% lebih tinggi ketimbang kontrol.
Dari kedua percobaan menunjukkan, udang memiliki tingkat toleransi yang lebih tinggi terhadap virus setelah diberi perlakuan perendaman LPS. Efek nonspesifik dan hasil yang serupa juga diperlihatkan pada beberapa jenis virus.
Uji lapang telah dilakukan di beberapa areal yang terjadi kasus serangan virus. Di Thailand, awal endemi penyakit bercak putih (WSSV), percobaan dilakukan pada benur udang windu. Sebelum ditebar, benur direndam LPS. Pakan pun dicampur LPS dengan periodik selama 7 hari, dari hari ke-30 hingga hari ke-90. Hasilnya, rata-rata dari lima kolam perlakuan diperoleh peningkatan kelangsungan hidup (SR) 25%.
Uji coba skala besar juga dilakukan di Indonesia pada tambak  yang terkena masalah WSSV  serius. Sebanyak 65 kolam diberi perlakuan LPS. Sebelum ditebar, benur direndam LPS. Pakan juga dicampur LPS. Hasilnya, 62 kolam selamat, sementara tiga kolam lainnya terserang bercak putih.
Peptidoglikan
Bahan ini merupakan gabungan senyawa protein (peptida) dan polisakarida yang merupakan derivat dari dinding sel bakteri gram positif. Jenis bakteri yang digunakan sebagai sumbernya antara lain Bacillus, Bifidobacterium, dan Brevibacterium.
Pada 1995, Bonyaratpalin menguji daya tahan udang terhadap serangan virus penyebab penyakit kepala kuning (yellow head disease) dengan peptidoglikan yang berasal dari dinding sel Brevibacterium. Sedangkan Itami pada 1998 menguji peptidoglikan dari sumber Bifidobacterium, terhadap kemungkinan serangan white spot.
Demikian juga Takahashi, pada 1998 meneliti kemungkinan serangan WSSV. Namun sumber peptidoglikannya berasal dari campuran beberapa species Bacillus. Pada kontrol, udang yang hidup tinggal 5%. Sementara pada perlakuan terendah (1 mg per kg bobot badan), udang yang hidup lebih dari 60%.

1 komentar: